Wednesday, August 10, 2011

COPY PASTE SEMANGATNYA KSATRIA TAK KENAL GENTAR SAIFUDDIN QUTUZ


Semangat!!!
Itu aja yang bisa saya katakan, soalnya baru aja baca blog temen yang judulnya "Be Better" di blognya http://cucunapapuk.blogspot.com//. Hah dia aja yang slenge'an minta ampun mau "berubah". Nah saya? kok semangat sekarang hilang?  
Tidaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkk

Benarlah kata Sun Tzu dalam bukunya yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris "The Art Of War" bahwa "Kita Harus Berjuang Sampai Dengan Titik Darah Penghabisan" dalam bahasa kerennya "Fight Until The Last Drop Of Our Blood"  
Apalagi moment saat ini adalah Bulan Ramadhan Bulan Dimana selalu digaungkan "Menyambut Kemenangan". Bahwa itu bukanlah slogan belaka. Di Bulan Ramadhanlah kaum muslimin memenangkan perang yakni perang "Badar" langsung di bawah pimpinan Rasulullah SAW. Di Bulan Ramadhan pula Ksatria Kaum Muslimin "Salahuddin Al-Ayuby" merebut kota ‘Asqalan (kini disebut Asduud). Asqalan merupakan gerbang pembuka menuju kota suci Al-­Quds (Yerussalem). Di Bulan Suci ini pula Masjid Jami' didirikan dan menjadi tonggak Tarbiyah Islam, yakni dengan diperluasnya fungsi menjadi Universitas AL Azhar Kairo.
Di Bulan ini pula Rasulullah SAW di angkat menjadi nabi. Di Bulan ini juga Sultan Saiffudin Qutuz Mengalahkan Pasukan Mongol (pasukan yang tak pernah terkalahkan, pasukan yang sekali makan bisa menghabiskan 1000 kambing, pasukan yang pada zaman itu sangat ditakuti, disebut nama mereka saja, orang pasti gentar). Kekalahan ini merupakan yang pertama bagi tentara Mongol, kekalahan yang telak! Nah, perang Ain Jalut inilah yang saya ingin ungkap disini. Perang yang membuat saya tersemangati. 

Info tentang Perang Ain Jalut saya dapet ketika mengikuti majslis ilmu alias kajian Ramdhan tahun lalu, saya ingin semangat tahun lalu terulang lagi guna mencapai kesuksesan. Perang inilah yang membuat saya tahun lalu mencapai kesuksesan (kesuksesna yang akhirnya membuat saya terlena).
Tapi sekarang akan bangit lagi, nah ini nih kisah tentang perang Ain Jalut yang saya copy dari http://anabelrosetti.wordpress.com
Cekidot ya 

Pertempuran Ain Jalut (atau Ayn Jalut dalam bahasa Arab : عين جالوت yang artinya Mata Jalut) terjadi pada tanggal 3 September 1260 di Palestina antara Bani Mameluk (Mesir) yang dipimpin oleh Qutuz dan Baibars berhadapan dengan tentara Mongol pimpinan Kitbuqa.
Banyak ahli sejarah menganggap pertempuran ini termasuk salah satu pertempuran yang penting dalam sejarah penaklukan bangsa Mongol di Asia Tengah dimana mereka untuk pertama kalinya mengalami kekalahan telak dan tidak mampu membalasnya dikemudian hari seperti yang selama ini mereka lakukan jika mengalami kekalahan.
Di 10 hari yang terakhir dalam bulan Ramadhan, kita sering diingatkan dengan satu malam, yaitu malam yang menyamai 1000 bulan. Pastinya akan muncul pemburu-pemburu Lailatul Qadar di 10 malam yang terkahir ini. Barangsiapa beribadah pada malam tersebut, maka akan tercatat amalannya seperti dia membuat amalan selama 1000 bulan, Maha Agung dan Maha Kasihnya Allah yang tiada tuhan selainnya menganugerahkan hadiah luar biasa untuk diraih oleh umat Muhammad. Semoga kita semua melipatgandakan amalan kita di penghujung Ramadhan ini dan seterusnya pada bulan–bulan yang lain. Marilah kita bersama-sama mengingat kembali sejarah generasi terdahulu dimana hidup mereka penuh dengan amalan kebaikan dan tunduk patuh kepada perintah Allah. Mereka melakukan kewajiban jihad, sebagaimana mereka melaksanakan kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan.
Apa yang ingin saya share di sini adalah tentang satu peristiwa yang agung dalam peradaban Islam. Peristiwa di mana umat Islam bersatu menentang tentara Tartar dari Mongolia dan mengalahkan mereka. Kebanyakan ahli sejarah berpendapat bahawa perang ini merupakan satu titik perubahan (turning point) bagi kebiadaban dan kerakusan tentara Mongol yang menghabisi segala apa yang mereka lalui dari timur ke barat dan akhirnya kemarahan mereka ditamatkan oleh tentara-tentara Allah di Ain Jalut.
TENTARA MONGOL
Hulagu Khan, pewaris tahta Gengis Khan
Kekaisaran Mongol dibentuk oleh Genghis Khan pada abad ke-13 M. Genghis Khan bercita-cita untuk meluaskan kekaisarannya dari timur ke barat dan mengahancurkan apa saja yang menghalangi mereka dari mencapai cita- cita tersebut. Invansi mereka bermula dengan menaklukkan beberapa negara di sekitar Mongolia dan mereka terus “merangsek” ke timur yang dikuasai oleh umat Islam. Sayangnya cita- cita Genghis Khan untuk melihat kekaisarannya terbentang luas dari timur ke barat tidak pernah tercapai karna nyawanya telah dicabut oleh Allah, setelah beliau jatuh dari kuda tunggangannya. Namun begitu, pada 1251M, Hulagu Khan cucu Genghis Khan setelah dilantik menjadi pewaris tahta kekaisaran Mongol, berjanji untuk meneruskan cita-cita kakeknya untuk menguasai seluruh penjuru dunia.
Untuk merealisasikan impian ini, Hulagu Khan mengumpul kekuatan tentaranya di Asia Tengah selama 2 tahun sebelum melancarkan serangan ke atas umat Islam yang bernaung di bawah keKhilafahan Abasiyyah. Pada tahun 1253M, Hulagu Khan mula melakukan ekspedisi penaklukan ke atas wilayah Khilafah Abasiyyah. Tentara yang telah menaklukan 200 kota dalam masa hanya 2 tahun ini dan mampu bergerak jauh dalam satu hari serta memiliki peralatan peperangan yang canggih, hasil invansi panglima perang mereka, akhirnya telah berjaya menusuk masuk ke jantung Khilafah Abasiyyah. Akhirnya pada tahun 1258M, Baghdad, yaitu ibu kota Khilafah Abasiyyah jatuh ke tangan tentera Tartar.
SULTAN M. SAIFUDDIN QUTUZ
Kejatuhan Baghdad & Surat Hulagu Khan
Kejatuhan Baghdad merupakan satu peristiwa yang sangat tragis dalam sejarah umat manusia. Setelah berjaya mengalahkan tentara-tentara Khilafah, tentera Monggol dengan biadabnya membunuh 1.8 juta kaum muslimin yang berada di kota Baghdad. Juga tidak ketinggalan, Khalifah umat Islam turut dibunuh dengan kejam. Selama 3 tahun setengah, umat Islam hidup tanpa Khalifah. Ada ahli sejarah menukilkan bagaimana si Hulagu Khan ini melakukan pembunuhan terhadap khalifah dengan cara memasukkan khalifah di dalam gulungan permaidani dan memijak dengan kudanya. Tidak cukup dengan itu, tentera Tartar yang biadab ini memusnahkan banyak kitab-kitab karangan cendiakawan-cendiakawan di Baghdad dengan mencampakkannya ke dalam laut sehingga air laut menjadi kehitaman akibat banyaknya kitab-kitab tersebut.
Hulagu Khan tidak berhenti di sini sahaja. Setelah berjaya menakluki Baghdad, dia mengutus delegasi Mongol ke Mamluk Mesir, yaitu Sultan Muzaffar Saifuddin Qutuz. Delegasi ini datang dengan membawa surat dari Hulagu Khan. Surat Hulagu Khan ini berbunyi :
Dari Raja Segala Raja di Timur dan Di Barat, Khan Yang Agung Kepada Qutuz si Mamluk yang lari dari pedang-pedang kami!
          (Numapng komen dikit: ni raja sombong banget, pantes kalah)
Kamu seharusnya berfikir mengenai apa yang telah terjadi ke atas negara-negara yang lain dan menyerah kepada kami. Kamu pun mendapat khabar berita bagaimana kami telah menawan kekaisaran yang begitu besar, menyucikan bumi ini dari kerusakan yang mencacatkannya. Kami telah menawan kawasan yang luas dan membunuh semua manusia dengan kejam. Kamu tidak akan terlepas dari kerakusan dan kekejaman tentera kami!
Ke mana lagi kamu ingin lari? Jalan mana lagi yang kamu akan gunakan untuk melepaskan diri dari kami? Kuda-kuda kami berlari kencang, anak-anak panah kami tajam, pedang-pedang kami bagaikan guruh yang menakutkan, hati-hati kami keras bagaikan gunung ganang, laskar-laskar kami banyak tak terbilang. Benteng-benteng kukuh tidak akan dapat menghalang kami, senjata-senjata tidak akan dapat membendung kami. Do’a kamu tidak akan membawa apa-apa bagi atas kami. Kesedihan dan ratapan tidak kami pedulikan. Hanya mereka yang merayu untuk perlindungan kami akan selamat.
Bersegeralah dalam membalas surat ini sebelum api peperangan bermula. Jika kamu melawan, maka pasti kamu akan menderita dan tersiksa dengan kehancuran yang dahsyat. Kami akan menghancurkan masjid-masjid kamu dan membuktikan kelemahan Tuhan kamu. Kemudian kami akan membunuh anak-anak kamu dan orang-orang tua di kalangan kamu.
Kini, hanya kamulah satu-satunya musuh yang perlu kami hadapi.
Setelah menerima surat tersebut, Saifuddin Qutuz tidak gentar sedikitpun. Beliau dengan berani membunuh delegasi Mongol dan kepala mereka di gantung di pintu kota Mesir. (catatan : Islam tidak membenarkan membunuh delegasi asing yang diutuskan. Kebanyakan ahli sejarah menyatakan bahawa tujuan kedatangan delegasi tersebut bukanlah sekadar mengantar surat Hulagu Khan semata- mata, tetapi telah bertindak sebagai mata- mata tentera Tartar).

Marahnya Tentara – Tentara Allah
Saifuddin Qutuz mula mengumpulkan tentaranya dan akhirnya tentaranya terkumpul sebanyak 20 000 orang tentera. Mereka telah sepakat dan memutuskan untuk meyerang tentera Mongol di luar kota Mesir yaitu melakukan tindakan ofensif terhadap tentara Mongol. Tentara-tentara Allah ini mula bergerak ke luar kota Mesir menuju ke arah Palestin dan bertemu dengan tentara Tartar yang diketuai komandannya, Kitbuqa di Ain Jalut. Maka terjadilah peperangan yang amat dahsyat diantara kedua belah pihak. DI tengah peperangan yang sedang sengit, Saifuddin Qutuz membuka topeng besinya dan menunggang kuda menuju ke tengah medan pertempuran dan memberi motivasi kepada tentaranya agar berjuang habis-habisan dan memburu syurga Allah. Beliau bertakbir beberapa kali dan terus maju ketengah- tengah musuh.
Semasa perang Ain Jalut, isteri Sultan Saifudin Qutuz, iaitu Jullanar turut menyertainya. Ketika Jullanar sedang sakit, Saifudin Qutuz memapahnya dan berkata : ”Wahai Kekasihku”. Jullanar membalas dengan berkata : ”Wahai Saifuddin, lebihlah kasih kamu terhadap Islam”. Setelah itu, Saifuddin Qutuz terus kembali ke medan tempur dan akhirnya pada hari Jumaat, 25 Ramadhan 658H, bersamaan dengan 3 September 1260M tentara-tentara Allah ini telah memperoleh kemenangan ke atas tentera Tartar di Ain Jalut. Tentara Tartar yang tidak pernah terkalahkan ini (sekiranya kalah dibeberapa medan perang, mereka akan mampu menebus balik kekalahan mereka), akhirnya tersungkur dihadapan mata pedang kaum muslimin dan tidak mampu menebus kembali kekalahan mereka di Ain Jalut.
Penutup
Apa yang ingin saya share di sini bukanlah hanya peristiwa sejarah semata. Tetapi yang lebih utama iyalah supaya kita semua mengambil ibrah (pengajaran) dari peristiwa yang telah terjadi. Sekiranya Sultan Muzaffar Saifuddin Qutuz bersama-sama dengan tentaranya sejumlah 20 000 orang berjuang melawan tentara Mongol yang belum pernah terkalahkan di bulan Ramadhan, sepatutnya itu sudah cukup memberi isyarat kepada kita bahawa bulan Ramadhan bukanlah bulan yang hanya semata-mata bulan ruhiyyah, tetapi juga merupakan bulan siyasah (politik). Ketaatan dan kepatuhan kita menunaikan ibadah puasa sepatutnya sama dengan kepada ketaatan dan kepatuhan kita untuk melaksanakan seluruh ajaran Islam, termasuklah jihad dalam menghadapi musuh- musuh Allah.
Dalam menghadapi musuh- musuh Allah ini, sudah pastinya kita memerlukan satu kekuatan yang terinetgral dari segenap aspek dan satu perpaduan yang amat utuh yang lahir dari aqidah yang satu yaitu Islam. Umat Islam yang kira-kira sebanyak 1.6 milyar merupakan sumber tenaga manusia yang sangat besar. Seandainya sumber-sumber ini disatukan dan difokuskan oleh seorang Khalifah, pastinya akan menghasilkan satu kekuatan besar dan mengembalikan peradaban Islam yang sangat agung. Ini bukanlah dongeng dan omong kosong semata, tetapi sejarah telah membuktikan hasilnya. Umat yang satu ini, pastinya akan mampu memakmurkan muka bumi ini jika Islam diterapkan ditengah-tengah kehidupan mereka. Islam dijadikan ideologi dan menjadi penggerak kepada seluruh tindak tanduk umat yang satu ini dan bukannya dengan ideologi selainnya.
~ f.a.i.t.h. – f.i.g.h.t. = m.i.r.a.c.l.e. ~
>> keimanan ditambah perjuangan & perlawanan maka akan menghasilkan, KEAJAIBAN..
>> menjemput janji Allah dan bisyarah Rasulullah, masih ada kota Roma yang menanti kita semua, sodara-sodara. Allahu akbar !!
Note: Jullanar istri tercinta sultan Muffazar Saifudin Qutuz meraih syahid terlebih dahulu karna tiba-tiba menerobos situasi perang dan menjadi perisai hidup bagi suaminya. semoga ini menjadi panutan bagi kita semua yang telah menjadi istri atau pun bagi para calon istri. Allahu akbar !!

Nah itu sekelumit tentang Perang Ain jalut dan Si Gagah Perkasa "Sultan Saifuddin Qutuz". Ada nggak ya laki-laki seperti dia zaman sekarang ini? Lelaki yang tak pernah gentar? Ato yang seperti Sha­lahuddin Al-Ayyubi. Atau kalo nggak ada yang kaya' mereka setidaknya yang 50% kaya' mereka dah. hehehe.  
Nah jangan lupa berdo'a ya? Yakinlah bahwa jika Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan, maka Dia telah mempersiapkan yang terbaik untuk kita. Allah Memberikan Apa Yang Kita Butuhkan, Bukan Yang Kita Inginkan. yang Terbaik Menurut Kita Belum Tentu Yang Tebaik di Hadapan Allah. Ya kan? hehehe.
Neh ada sekilas info yang tak dapet dari Mbak Retno Chiku: 
"Dalam bahasa Arab, ada 4 lafal "amin" yang memiliki perbedaan makna jika panjang-pendeknya bacaan berbeda; 1) Amin = aman, 2) Aamin = meminta perlindungan, 3) Amiin = orang yang amanah/terpercaya, 4) Aamiin = Ya Allah kabulkanlah doa kami"
ya jadi, kalo berdo'a bilang yang "Aamiin" ya? Dan jangan sampe salah berdo'a ya? Jangan salah berdo'a seperti kisah yang ditulis oleh Prof Dr Yunahar Ilyas: kalo mau baca ni linknya: JANGAN SALAH BERDOA
C U pada curhatan saya berikutnya...
Salam Perjuangan!!!  Ganbatte Kudasai!!!




6 comments:

  1. wokeh kalo begitu......semangattt !!!

    ReplyDelete
  2. @Maria Umbaran: Mariiiiii, mana tulisannya bu? diriku tunggu2 neh....

    ReplyDelete
  3. suka animasinya... hahahaahahahaha... bole juga

    ReplyDelete
  4. @Parlina Win: Animasinya yang dikomenin, isinya dunk...

    ReplyDelete
  5. hahahahaha.... tenang cment sy menyusul tentang isi.. perlu merenuuuuuung lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
    wkwkwkwkwwk..... ntar, cment sy kan harus sexy..

    ReplyDelete
  6. @parlian Win: wokeh wokeh, good luck buat yudisiumnya, wah sudah menyandang gelar S.Pd neh: Sarjana Penuh Derita... wkwkwkw

    ReplyDelete